Selasa, 12 Januari 2016

In-house PR

Pengertian Public Relations
Definisi public relation adalah usaha yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya. Pendapat ini menunjukkan bahwa public relation dianggap sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan pihak luar organisasi (Coulsin-Thomas, 2002).
Pengertian public relation adalah: Interaksi dan menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan untuk kedua belah pihak, dan merupakan profesi yang profesional dalam bidangnya karena merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat dan dengan secara terus menerus karenapublic relation merupakan kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan (Maria, 2002, p.7).
            Hal ini didukung oleh pendapat Alma yang mengatakan bahwa “public relation adalah kegiatan komunikasi yang dimaksudkan untuk membangun citra yang baik terhadap perusahaan” (2002, p.145). Sedangkan Marston mengatakan “public relation adalah suatu perencanaan dengan menggunakan komunikasi persuasif untuk mempengaruhi persepsi masyarakat” (1999, p.1). Scholz (1999,p.2) mengatakan bahwa “public relation adalah suatu perencanaan yang mendorong untuk mempengaruhi persepsi masyarakat melalui pelaksanaan tanggung jawab sosial berdasarkan suatu komunikasi timbal balik untuk mencapai keuntungan pada kedua belah pihak”.
 
          Definisi in house public relations yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya. Pendapat ini menunjukkan bahwa public relation dianggap sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalan tali komunikasi antara organisasi dan pihak luar organisasi lain nya agar public relation berjalan dengan lamcar dan terjaga tali komuikasi nya antara dua belah pihak.
Fungsi in house  public relations
In house public relation merupakan satu bagian dari satu nafas yang sama dalam organisasi tersebut, dan harus memberi identitas organisasinya dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut”. Hal ini sekedar memberikan gambaran tentang fungsi public relations ada beberapa fungsi :
1. Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya.
2. Fasilitator proses pemecahan masalah; Sebagai fasilitator pemecahan masalah merupakan peran public relations dalam merencanakan dan mengordinasikan aktivitasnya dengan manajemen senior.
3. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.
4.  Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana, yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas bisa dicapai secara optimal.

GAYA KOMUNIKASI

1.    The Controlling Style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.

2.    The Equalitarian Style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

3.    The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa
(initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

4.    The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

5.    The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

6.    The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.



Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat.

Selasa, 03 November 2015

TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR



TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR

Film merupakan hasil karya seni yang berasal dari perpaduan banyak unsur, seperti suara,gambar, dan gerak, dll. Pemerintah sendiri mendefinisikan film sebagai berikut : ”Film adalah karya cipta seni budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video, piringan video,dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran melalui kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyek mekanik, elektronik dan atau lainnya (UU Perfilman th.1992, Bab I, Pasal 1).


Sebagaimana dijelaskan di dalam definisi tersebut film termasuk ke dalam golongan karya seni, dan dilihat dari urutannya film merupakan seni yang ketujuh di dalam jajaran seni-seni yang lain. Film agak berbeda dengan seni yang lain, karena film lahir dari gabungan unsur-unsur seni-seni yang lain yaitu seni sastra, teater, rupa, suara, musik, dan arsitektur, selain unsur-unsur seni tersebut di dalam film juga terkandung unsur teknologi. Kamera merupakan salah satu aspek penting dalam suatu pembuatan film, fungsi kamera yaitu mengambil/merekam adegan-adegan yang diarahkan oleh sang sutradara kemudian divisualisasikan oleh pemain-pemain yang melakukan adegan-adegan. Kamera dioperasikan oleh kru film yang biasa disebut kameramen, kameramen mengoperasikan kamera sesuai dengan arahan sutradara. Untuk menjadi seorang kameramen harus mengetahui jenis-jenis kamera, mengenal cara-cara atau teknik memegang kamera, teknik pengambilan gambar, unsur-unsur dalam pengambilan gambar, dll.

 Jenis kamera yang digunakan dalam film sangat beragam jenisnya, namun secara garis besar kamera terbagi tiga yaitu :
1. Kamera foto (still photography)
Kamera foto menghasilkan gambar-gambar yang tidak bergerak ( still single pic-ture). Bahanbaku penyimpanan gambar berasal dari pita selluloid, sehingga sete-lah melakukan perekaman harus diproses lagi dengan pemrosesan secara kimiawi. Contoh :kamera analog, kamera digital.

2. Kamera film (cinema photography)
Kamera film memiliki bahan yang sama dengan kamera foto namun hasil yang di-dapat berbeda, kamera film menghasilkan gambar yang bergerak atau biasa dise-but still motion. Contoh : kamera 8 mm, 16 mm, 35 mm.

3. Kamera video (video photography)
Untuk kamera vide sendiri memiliki persamaan dengan kamera film karena mengha-silkan gambar bergerak (still motion), namun yang membedakan yaitu bahan baku-nya yang berupa kaset video yang setelah pengambilan gambar hasilnya dapat langsung dilihat karena terjadinya gambar secara optis dan elektronis. Contoh : kamera Betacam, MiniDV, HDCam. Teknik-teknik yang terdapat pada pengambilan gambar sangat bervariasi, sehingga saat kita menonton suatu film tampak macam-macam sudut pandang pengambilan gambar yang merupakan hal penting dalam film.

Penonton akan merasa jenuh apabila gambar yang disajikan terlihat monoton. Adapun teknik-teknik yang ada dalam pengambilan gambar yaitu :
1. Sudut pengambilan gambar (Camera Angle)
a. Bird Eye View
Pengambilan gambar dilakukan dari atas dari ketinggian tertentu sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda-benda lain yang tampak dibawah sedemikian kecil. Pengambilan gambar biasanya menggunakan helikopter maupun dari gedung-gedung tinggi.

b. High Angle
Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, pengambilan gambar seperti ini memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil.

c. Low Angle
Pengambilan gambar diambil dari bawah si objek, sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang ini yaitu keagungan atau kejayaan.

d. Eye Level
Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatik tertentu yang didapat dari eye level ini, yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.

e. Frog Level
Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar.

2. Ukuran gambar (frame size)
a. Extreem Close-up (ECU)
Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetailan suatu objek.

b. Big Close-up (BCU)
Pengambilan gambar hanya sebatas kepala hingga dagu objek. Fungsi untuk menonjolkan ekpresi yang dikeluarkan oleh objek.

c. Close-up (CU)
Ukuran gambar sebatas hanya dari ujung kepala hingga leher. Fungsi untuk memberi gambaran jelas terhadap objek.

d. Medium Close-up (MCU)
Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada. Fungsinya untuk mepertegas profil seseorang sehingga penonton jelas.

e. Mid Shoot (MS)
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang. Fungsinya memperlihatkan sosok objek secara jelas.
f. Knee Shoot (KS)
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga lutut. Fungsinya hampir sama dengan Mid Shot.

g. Full Shoot (FS)
Pengambilan gambar penuh objek dari kepala hingga kaki. Fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkungannya.

h. Long Shoot (LS)
Pengambilan gambar lebih luas dari pada Full Shoot. Fungsinya menunjukkan objek dengan latar belakangnya.

i. Extreem Long Shoot (ELS)
Pengambilan gambar melebihi Long Shoot, menampilkan lingkungan si objek secara utuh. Fungsinya menunjukkan bahwa objek tersebut bagian dari lingkungannya.

j. 1 Shoot
Pengambilan gambar satu objek. Fungsinya memperlihatkan seseorang/benda dalam frame.

k. 2 Shoot
pengambilan gambar dua objek. Fungsinya memperlihatkan adegan dua orang yang sedang berkomunikasi.

l. 3 shoot
pengambilan gambar tiga objek. Fungsinya memperlihatkan adegan tiga orang sedang mengobrol.

m. Group Shoot
Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya memperlihatkan adegan sekelompok orang dalam melakukan suatu aktifitas.

3. Gerakan kamera (moving camera)
a. Zooming (In/Out)
Gerakan yang dilakukan oleh lensa kamera mendekat maupun menjauhkan objek, gerakan ini merupakan fasilitas yang disediakan oleh kamera video dan kameramen hanya mengoperasikannya saja.

b. Panning (Left/Right)
Yang dimaksud dengan gerakkan panning yaitu kamera bergerak dari tengah ke kanan atau dari tengah ke kiri, namun bukan kameranya yang bergerak tapi tripodnya yang bergerak sesuai arah yang diinginkan.

c. Tilting (Up/Down)
Gerakan tilting yaitu gerakan ke atas dan ke bawah, masih menggunakan tripod sebagai alat bantu agar hasil gambar yang didapat memuaskan dan stabil.



d. Dolly (In/Out)
Gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju mundur, hampir sama dengan gerakan Zooming namun pada dolly yang bergerak adalah tripod yang telah diberi roda dengan cara mendorong tripod maju ataupun menariknya mundur.

e. Follow
Pengambilan gambar dilakukan dengan cara mengikuti objek dalam bergerak searah.

f. Framing (In/Out)
Framing adalah gerakan yang dilakukan oleh objek untuk memasuki (in) atau keluar (out) framming shot.

g. Fading (In/Out)
Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar baru masuk menggantikan gambar yang ada disebut fade in, sedangkan jika gambar yang ada perlahan-lahan menghilang dan digantikan gambar baru disebut fade out.

h. Crane Shoot.
Merupakan gerakan kamera yang dipasang pada alat bantu mesin beroda dan Bergerak sendiri bersama kameramen, baik mendekati maupun menjauhi objek.

4. Gerakan objek (moving object)
a.Kamera sejajar objek. Kamera sejajar mengikuti pergerakan objek, baik ke kiri    
   maupun ke kanan.
b.Walking (In/Out) Objek bergerak mendekati (in) maupun menjauhi (out) kamera.

Setelah mengetahui teknik-teknik dalam pengambilan gambar, ada beberapa elemen penting yang harus ada di dalam gambar. Adapun elemen-elemen tersebut yaitu :
a. Motivasi
b. Informasi
c. Komposisi
d. Suara
e. Sudut Kamera
f. Kontinuitas

Selain teknik-teknik maupun tata cara pengambilan gambar yang harus dimiliki oleh seorang kameramen yaitu sense of art atau rasa seni, karena gambar yang diambil oleh kameramen merupakan karya seni. Setiap orang memungkinkan untuk menguasai teknik-teknik pengambilan gambar namun apabila tidak memiliki rasa seni atau keindahan maka hasil yang didapat pun kurang maksimal. Jadi rasa seni yang tinggi dapat dijadikan modal utama untuk menjadi kameramen. Gali terus potensi diri, selamat berkarya, bangun perfilman Indonesia menjadi lebih maju dan sukses.










Pembuatan Film Dokumenter - Produksi


TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR

Seorang kameramen adalah salah satu kunci utama keberhasilan sebuah film dokumenter. Ibarat tentara, seorang kameramen dituntut untuk melakukan shot secara tepat dan menghasilkan keindahan dan kesan yang akan memberi rasa nyaman bagi penonton serta menangkap maksud dari film dokumenter kita yang yang sedang ditontonnya.

Film dokumenter berbeda dengan film fiksi yang menggunakan sutradara untuk mengatur segala sesuatunya sehingga mampu ’menciptakan’ momen yang akan diperagakan baik oleh aktor protagonis, antagonis, figuran, maupun mendesain (bahkan merekayasa) kondisi lingkungannya. Dalam film dokumenter, momen menjadi hal yang sangat penting dan hampir dipastikan tidak akan terulang untuk kedua kalinya. Kondisi tersebut kemudian menuntut sang kameramen untuk tetap siaga menangkap setiap momen yang hadir tersebut.

Pengambilan gambar secara serampangan akan menghasilkan kualitas gambar yang tidak baik, sehingga membuat penonton jenuh walaupun film kita tersebut memiliki kandungan pesan yang kuat dan momen yang tepat. Ketidak berhasilan kameramen dalam mengambil gambar dan terkesan serampangan biasanya disebabkan oleh kondisi mental (terburu-buru atau dalam kondisi dibwah tekanan/under pressure) kameramen yang tidak siap ketika momen hadir serta kurangnya pemahaman mengenai teknik pengambilan gambar. Berikut disajikan beberapa teknik dasar pengambilan gambar:

Pengambilan Gambar Berdasarkan Sudut Objek:

  • Dutch Angle
  • Pengambilan gambar secara miring. Biasanya teknik ini digunakan untuk memberikan kesan ketidak stabilan emosi.
  • Worm Angle
  • Kamera di letakkan diatas tanah dimana objek terdapat diatas tanah pula berhadapan dengan kamera. Hasilnya seolah-olah mata penonton mewakili mata cacing diatas permukaan tanah.
  • Bird Eye
  • Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera berada diatas ketinggian objek. Hasilnya seolah-olah mata penonton mewakili mata burung sehingga akan terlihat lingkungan yang luas dan benda-benda lain tampak kecil dan berserakan.
  • Frog Eye
  • Sudut pengambilan gambar dengan setinggi kamera sejajar dengan alas / dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-olah mata penonton mewakili mata katak.
  • Crazy Angle
  • Kamera bergerak tidak beraturan. Seperti halnya dutch angle, teknik ini juga dilakukan untuk menggambarkan ketidak stabilan emosi atau menampilkan kesan bencana alam seperti gempa bumi atau bangunan runtuh.
  • Change Focus
  • Mengubah fokus dari satu objek ke objek lainnya dalam satu frame.
  • Circle / Circular Track
  • Kamera akan mengitari/mengelilingi objek yang diam maupun bergerak.
  • Side Shoot
  • Merekam dari samping dan mengikuti objek yang bergerak.
  • Extreme Top Shoot
  • Mengambil gambar objek dari atas (90°)
  • High Angel
  • Pengambilan gambar objek  dari atas. Teknik ini biasanya digunakan untuk menampilkan kewibawaan seseorang (objek).
  • Eye Level
  • Pengambilan gambar sejajar dengan mata.
  • Low Angel
  • Pengambilan gambar objek dari bawah. Teknik ini biasanya digunakan untuk menampilkan kesan objek (orang) yang lemah.
  •  

Pengambilan Gambar Berdasarkan Ukuran:

  • Extreme Close Up (ECU)
  • Mengambil gambar salah satu bagian dari objek secara detail misalnya hidung, mata, bibir, dll.
  • Big Close Up (BCU)
  • Mengambil gambar salah satu bagian dari objek dalam kesatuan detail misalnya keseluruhan kepala dari dagu hingga ujung rambut atau sebatas alis mata.
  • Medium Close Up (MCU)
  • Sebagian dari objek namun diambil dari jarak dekat misalnya leher hingga pinggang untuk memperlihatkan baju baru seseorang.
  • Medium Shot (MS)
  • Pengambilan dari jarak sedang jika objeknya orang makayang terlihat hanya separuh badannya saja (dari perut/pinggang keatas).
  • Knee Shot (KS)
  • Pengambilan gambar objek dari kepala hingga lutut.
  • Full Shot (FS)
  • Pengambilan gambar objek secara penuh dari kepala sampai kaki.
  • Long Shot (LS)
  • Pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek.
  • Medium Long Shot (MLS)
  • Gambar diambil dari jarak yang wajar, misalnya 3 objek maka maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai kaki.
  • Extreme Long Shot (XLS)
  • Gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan objek lagi tapi tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi objek tersebut terhadap lingkungannya.
  • One Shot (1S)
  • Kamera di fokuskan kepada satu objek.
  • Two Shot(2S)
  • Kamera di fokuskan kepada dua objek.
  • Three Shot (3S)
  • Kamera di fokuskan kepada tiga objek.
  • Group Shot (GS)
  • Kamera di fokuskan kepada beberapa objek.
  •  



Pengambilan Gambar Berdasarkan Gerakan Kamera

  • Zoom In/Zoom Out
  • Kamera seakan bergerak menjauh dan mendekat, tapi dengan menggunakan tombol W/T
  • Panning
  • Pengambilan gambar secara horizontal (kanan ke kiri ataupun sebaliknya).
  • Tilting
  • Pengambilan gambar secara vertical yaitu atas ke bawah (tilt up) dan bawah keatas (tilt down) .
  • Dolly
  • Kedudukan kamera diatas tripod dan diatas landasan rodanya. Dolly in jika bergerak maju mendkati objek dan dolly out jika bergerak mundur menjauhi objek.
  • Follow
  • Kamera bergerak mengiringi pergerakan objek.
  • Crane Shoot
  • Gerakan kamera yang dipasang diatas roda crane.
  • Fading
  • Biasa juga dikenal dengan istilah fade to black, dimana saat terjadi pergantian atau transisi gambar menggunakan efek gambar muncul secara perlahan (fade in) dan gambar perlahan menghilang (fade out) atau gambar pertama dan kedua bergantian secara bersamaan (cross fade).
  • Framing
  • Objek berada dalam framing shot yaitu objek memasuki bingkai (frame in) atau objek keluar dari bingkai (frame out)


Pengambilan Gambar Tanpa Menggerakkan Kamera

Objek bergerak sejajar arah kamera
Objek bergerak mendekati kamera (walk in)
Objek bergerak menjauhi kamera (walk away)


Pengambilan Gambar untuk Menghasilkan Kesan Dramatik

  • Backlight shot
  • Pencahayaan datang dari arah belakang objek.
  • Reflection shot
  • Mengambil bayangan/pantulan objek baik dari cermin maupun air atau media lain yang menggambarkan objek.
  • Door Frame Shoot
  • Kejadian objek diambil tidak dalam satu ruangan dengan menampilkan jendela ataupun pintu sedangkan kejadian dari aktifitas objek terjadi dibalik jendela atau pintu tersebut.
  • Artificial Framing shot
  • Memanfaatkan objek sekunder (misalnya daun atau ranting pohon ) tepat dihadapan kamera saat mengambil gambar objek utama,.
  • Jaws shot
  • Objek seakan-akan kaget melihat kamera.
  • Framing with Background Object
  • Objek tetap fokus sebagai gambar namun tetap menampilkan background objek. Sebaiknya background dari objek tersebut sedikit agak blur namun tanpa menghilangkan keaslian tampakan background.
  • The Secret of Foreground Framing Shot
  • Perpaduan pengambilan gambar dari fokus objek yang didepan sampai background-nya dalam satu adegan adegan gambar.
  • Tripod Transition
  • Perpindahan pengambilan gambar secara cepat dari satu objek ke objek lainnya secara cepat namun kamera tetap pada posisi di atas tripod.
  • Artificial Hair light
  • Menggunakan efek lighting untuk pencahayaan yang diarahkan ke rambut objek.
  • Fast Road Effect
  • Pengambilan gambar dari kendaraan yang sedang melaju kencang.
  • Walking Shot
  • Mengikuti objek yang sedang berjalan atau berlari untuk memberi kesan situasi terburu-buru (jalan cepat atau berlari) maupun sedang dalam jalan santai.
  • Over Shoulder
  • Pengambilan gambar dari belakang objek yang sedang beraktifitas (misalnya memandang) sesuatu atau sedang berdialog.
  • Profil Shot
  • Pengambilan gambar terhadap dua objek yang sedang berdialog dari arah samping. Sebaiknya menggunakan kamera tambahan, dimana kamera 1 untuk orang pertama dan kamera 2 untuk orang kedua.


Teknik pengambilan gambar diatas hanyalah sebuah panduan belaka, inti dari semuanya adalah keindahan atau nilai estetika dari gambar yang dihasilkan, maka kreatifitas dan imajinasi seni yang kuat dari seorang kameramen adalah kunci utama. Jadi, Kreatif dan tetaplah kreatif kawan…!!!

Dalam Tulisan Ini:
Pre Produksi | Produksi | Perawatan


Minggu, 01 November 2015



Isenng-iseng buat vidio lomba eh taunya juara ke III, tetap bersyukur pastinya :D





Cinematography





Sinematografi
 (dari bahasa Yunanikinema - κίνημα "gerakan" dan graphein - γράφειν "merekam") adalah ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan sekaligus menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang memililki kemampuan menyampaikan ide dan cerita.

Seorang sinematografer adalah orang yang bertanggung jawab semua aspek Visual dalam pembuatan sebuah film. Mencakup Interpretasi visual pada skenario, pemilihan jenis Kamera, jenis bahan baku yang akan dipakai, pemilihan lensa, pemilihan jenis filter yang akan dipakai di depan lensa atau di depan lampu, pemilihan lampu dan jenis lampu yang sesuai dengan konsep sutradara dan cerita dalam skenario. Seorang sinematografer juga memutuskan gerak kamera, membuat konsep Visual, membuat floorplan untuk ke efisienan pengambilan gambar. Artinya seorang sinematografer adalah orang yang bertanggung jawab baik secara teknis maupun tidak teknis di semua aspek visual dalam film.
Sinematografer harus mendukung visi dari sutradara dan skenario, karena bagaimanapun yang akan di sampaikan ke pada penonton adalah semua informasi dalam bentuk Visual yang sesuai dengan visi sutradara dan visi skenario walaupun di beberapa kasus, sutradara bisa mengubah jalan cerita dalam skenario demi keindahan bercerita yang sudah merupakan gaya sutradara tersebut.

Pada industri perfilman, seorang Sinematografer atau DoP akan di Bantu oleh sebuah tim yang dibentuknya mulai dari :
  • 1st Camera Assistant yang bertugas mendampingi dan membantu semua kebutuhan shooting mulai dari pengecekan alat-alat hingga mempersiapkan sebuah shot.
  • Focus Puller yang bertugas membantu sinematografer dalam memutar focus ring pada lensa sehingga subjek yang diikuti kamera bisa terus dalam area fokus.
  • Camera boy istilah ini sering digunakan pada industri film di Hollywood, adalah seorang asisten kamera yang bertugas membawa kamera atau mempersiapkan kamera mulai dari tripods hingga memasang kamera pada tripods tersebut.
  • Grip adalah bertugas untuk memastikan letak kamera seperti yang diinginkan DoP baik secara level atau tinggi rendahnya. Grip juga bertanggung jawab dalam perpindahan kamera artinya Grip departemen yang memasang dolly track dsb.
  • Gaffer adalah istilah untuk seorang yang bertanggung jawab atau kepala departemen pencahayaan. Bersama DoP, Gaffer akan berdiskusi tentang warna, jenis cahaya dan gaya tata cahaya DoP tersebut.
  • Lightingman adalah orang-orang dalam departemen pencahayaan yang bekerja menata lampu sesuai dengan perintah Gaffer dan kemauan DoP.
Karena film adalah sebuah kerja tim (Team Work) maka sangatlah penting untuk seorang sinematografer atau DoP untuk mempunyai tim yang bisa bekerja sama secara tim dengannya. Artinya tidak bekerja secara individu.
Seorang sinematografer yang baik harus juga mengenal dengan baik atau memahami alat yang akan dipakai dalam pembuatan sebuah film. Karena Kamera hanyalah “alat Bantu” atau Tools saja maka seperti alat Bantu yang lainnya juga kita sebagai Sinematografer yang memindahkan semua ilmu dan pengetahuan kita lewat kamera tersebut. Artinya kamera harus menuruti kemauan kita yang sudah menjadi visi sutradara dan visi cerita atau scenario.
Untuk memahami kamera kita harus membaca buku prtunjuk dari setiap kamera yang akan kita gunakan karena setiap industri kamera mempunyai tekhnologinya sendiri-sendiri. Pada prinsipnya semua kamera sama dan hanyalah alat Bantu kita mewujudkan gambar yang sesuai dengan yang di inginkan akan tetapi alangkah baiknya jika pengguna sudah memahami kamera tersebut secara teknis dalam petunjuk di bukunya (manual book).

Sabtu, 31 Oktober 2015

Rule Of Third

Jika sebuah Point of Interest (POI) atau sebuah objek yang sama, dengan pencahayaan dan exposure yang sama tetapi di foto oleh dua fotografer yang berbeda hasilnya pasti gak akan persis sama :) Salah satu faktor penentu biasanya terletak pada komposisi. Komposi ini dihasilkan dari pengambilan sudut pandang dan posisi si Fotografer saat melakukan pemotretan. Kali ini saya akan share mengenai sebuah aturan komposisi dasar yang sering disebut aturan "Rule of Thrid".

Aturan komposisi ini cukup sederhana, siapapun bisa mengaplikasikannya dan tidak membutuhkan kamera dengan fitur yang canggih dan mahal untuk mengikuti cara komposisi ini.

Description: Komposisi aturan sepertiga
Rule of Thirds membagi foto menjadi sembilan bagian yang sama dengan dua garis ruang horisontal yang sama serta dua garis ruang vertikal yang sama pula, jadi sekarang kita melihat view finder memiliki 9 persegi kecil dan bukan satu persegi besar.

Empat Garis beserta titik titik pertemuan antara garis tersebut diidentifikasikan merupakan bagian atau tempat dari Point of Interest dan tentunya itu adalah dimana fotografer sebaiknya menempatkan subyek (disepanjang garis atau di titik persimpangan) untuk menciptakan foto-foto yang memiliki keseimbangan. Sebuah cara mudah untuk mengingatnya adalah: Rule of Third ini menghindari penempatan subyek di persegi bagian tengah.


Kesulitan yang terjadi saat kita membidik melalui View Finder adalah garis Rule of Third ini tidak ada tersedia dalam jendela bidik kamera, kalaupun ada merupakan sebuah fitur tambahan. Untuk jelasnya berikut sebuah gambaran jika dilihat dari View Finder DSLR Nikon D90. Garis hitam merupakan Nikon Gridline (bisa dimunculkan dengan mengubah settingan pada View Finder) dan garis Biru adalah garis imaginer Rule of Third.
Description: Rule Of Third
Sumber image dari Wesley Tang

Kita bisa menjadikan patokan titik titik fokus yang diberi tanda merah sebagai titik bantu peletakan garis imaginer Rule of Third.

Berikut beberapa contoh foto saya dengan penempatan berdasarkan Komposisi Rule of Third :
Description: Rule Of Third
Description: Rule Of Third
Description: Rule Of Third
Description: Rule Of Third
 Sumber foto :
  
Beberapa fotografer hebat mungkin mendapatkan komposisi bagus secara alami, tetapi pada umumnya mereka tidak mendapatkannya dalam waktu singkat serta membutuhkan banyak sekali latihan dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Ada sebuah cara untuk mendisiplinkan diri dalam hal komposisi, ajukan pada diri sendiri dua pertanyaan ini sebelum menekan tombol Shutter:
1.    Apa yang akan menjadi pusat perhatian dari foto Saya?
2.    Dibagian persegi yang manakah akan saya tempatkan POI tersebut? (Tentunya bukan di bagian tengah)
Jawab terlebih dahulu 2 pertanyaan diatas, dan kemudian lakukan framing,dalam waktu dekat semoga kita semua akan menyadari telah menemukan satu bentuk peningkatan dalam dunia fotografi.